Minggu, 06 November 2022

RESENSI ANTE MERIDIEM

 Judul : Ante Meridiem

Penulis : Daniel Ahmad

Via : @cabaca

Peresensi : Elok Mayangsari

Menurut legenda, di kampung kelang ini konon ada seorang ahli sihir bernama Datu lengek, ia mengasingkan diri karena menentang ajaran islam. Datu Lengek meskipun dibunuh berkali-kali namun tetap tidak pernah mati, malahan kesaktiannya semakin menjadi, sehingga ia diasingkan di pulau kecil bernama gili selaq, tempat dimana aliran selak memperkuat ilmu hitamnya dan menjadi pusat kekuatan gaib terbesar di lombok timur dan barat. Datu kelang menjadi terusik kembali tatkala ada seorang manusia bernama abdi sagara yang membangun perumahan di desa kelang, ia marah dan meneror warga dengan mengambil jiwa anak gadis dan selama teror berlangsung api di gili selak akan terus menyala. Dari sinilah ada tradisi roah agar menjaga anak gadis dari kejaran Datu lengek yang telah menjelma menjadi iblis kasat mata.

Roah Segare merupakan adat dari kampung kelang yang sudah dipercaya turun temurun. Roah dilakukan dari jam 6 sore hingga api di gili selak padam dan yang wajib mengikuti adalah semua anak perawan berumur 17 tahun tanpa terkecuali. Selama roah, para gadis tidak diperbolehkan tidur, makan, minum maupun ke kamar mandi. Mereka hanya harus berbaring di tempat tidur dengan berselimutkan kain kafan dan tidak diperbolehkan turun dari ranjang. Selain itu semua pintu, jendela harus ditutup rapat dan di beri bambu kuning. Menurut kepercayaan bila salah seorang gadis tak sengaja tertidur maka ia akan bisa melihat sesuatu yang tak seharusnya dilihat dan bisa berakibat fatal. Papuk Kalis selaku ketua adat selalu memimpin roah ini dengan sangat cermat karena takut bila roah gagal maka akan terjadi bencana. Seperti roah kali ini, salah seorang gadis gagal dan paginya ditemukan masih bernyawa namun mata menatap kosong dan hanya diam, kaku. Sesuai aturan, maka roah pun dilakukan kembali. Risma,Puan,Ema adalah korban dari kegagalan roah, hal ini memicu amarah para warga. Mereka takut, cemas, marah karena merasa anak gadisnya dikorbankan hanya untuk sebuah tradisi, mereka mulai tidak percaya akan tradisi ini. Roah yang dilangsungkan berhari-hari tentu saja membuat para gadis kecapaian, mengantuk, tapi tak berdaya untuk menolak. 

Di tengah suasana yang tak kondusif, papuk kalis, ketua adat ditemukan bersimbah darah, tak bernyawa dengan luka tusukan. Suasana semakin memanas, aksi saling tuduh dan curiga pun tak terhidari. Datuk lengek semakin beraksi, mengambil jiwa gadis-gadis dengan mudahnya, para lelaki tak bisa melihat wujud iblis sehingga mereka kesusahan dalam membantu menyelamatkan gadis-gadis. Rencana evakuasi untuk pindah ke desa seberang pun terkendala karena iblis menyerang dengan ganasnya. Desa kelang yang tandinya tenang kini mencekam, tercerai berai. Datu lengek, sang iblis yang kejam telah kembali dan siap memporak porandakan desa kaleng.

Kisah ini bener-bener menarik, ga bikin bosen pokoknya. Apalagi ternyata di akhir cerita kita dikejutkan dengan suguhan plot twist yang mengejutkan. Dijamin ga bakal nyesel baca cerita horor ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar