Kamis, 20 Oktober 2022

RESENSI POST MERIDIEM DANIEL AHMAD

 

Penulis : Daniel Ahmad

Via : @cabaca

Peresensi : Elok

Setiap malam Desa Keruak berubah menjadi seperti desa mati. Tanpa lampu, cahaya yang menerangi, hanya ada kegelapan dan kesunyian serta ketakutan yang mencekam. Ketakutan ini mempunyai alasan tersendiri, semua warga tak ingin menjadi korban. Dia datang dengan wujud kegelapan, bisa masuk ke sela-sela dinding yang tak tertutup rapat, dia bisa juga datang dengan tiba-tiba bila ada setitik cahaya dan juga tangisan seorang anak yang baru lahir. Tak berwujud manusia namun bentuk kegelapan yang menghantui cukup membuat desa Keruak menjadi desa yang penuh misteri. Kisah ini berawal dari adanya seorang tabib yang terkenal pada waktu itu, namun tak ada seorang pun yang tahu bahwa ia menjadi tuselak, pemuja iblis. Untuk menjadi tuselak yang sesungguhnyapun harus dilakukan secara bertahap dan jika satu tahap tidak berhasil maka jiwa raganya terjebak dalam kekuasaan iblis. Tak jauh dari Dersa Keruak, di gunung Trawangan terdapat banyak gundukan tanah dan altar sebagai ritual yang dilakukan oleh orang-orang kota yang datang untuk meminta pesugihan. Rumor berkembang hingga di berbagai penjuru hingga membuat banyaknya orang datang mencari jalan pintas demi mencapai kesuksesan walau harus mengorbankan nyawa seorang manusia. 

Cerita tentang pesugihan memang sangat menarik untuk dijadikan bahan apalagi di tambah dengan unsur horornya akan menjadi sesuatu yang lebih menarik lagi, seperti gambaran dari iblis yang berwujud hitam dengan kepala bercabang, dan setiap kepala itu ternyata adalah berwujud bayi yang dengan ganasnya melahap setiap tumbal yang diberikan dengan tanpa ampun dan menyisakan tubuh yang menghitam tak berdaya, sudah pasti membuat merinding kan. Belum lagi ada fakta yang terkuak tentang mengapa penduduk asli desa keruak yang memilih tinggal berjauhan dengan pendatang, pada akhirnya hanya tinggal puing belaka, habis tak bersisa. Yah mereka semua dipakai sebagai tumbal oleh orang-orang yang hanya memikirkan ambisi pribadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar