Judul : Therese Raquin
Penulis : Emile Zola
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 336 halaman
Tahun Terbit : Agustus 2016
Cetakan Ke : 2
Peresensi : Elok Mayangsari
Ini adalah novel klasik pertama yang aku baca, mencoba untuk keluar dari zona nyaman karena selama ini lebih tertarik dengan genre thriller. Agak ragu juga untuk memulai, takutnya terlalu banyak romance yang membosankan. Aku memilih buku ini karena setelah baca blurb nya ada kaitannya dengan cerita kriminal yang paling tidak tetap bisa bikin mood membaca lebih baik.
Latar belakang cerita ini adalah tentang satu kata yakni cinta. Cinta yang dipaksa karena keadaan yang pada akhirnya menyebabkan penderitaan seumur hidup. Pernikahan Theresa dengan Cammile yang bukan berlandaskan cinta namun karena sudah diatur oleh Mme Raquin, ibu dari Cammile yang juga bibi dari Theresa, membuat Theresa merasa tertekan. Ia tidak dapat mengelak dari pernikahan tersebut karena merasa berutang budi pada Mme Raquin yang telah membesarkannya. Ia tak dapat memilih, hanya bisa pasrah dengan keadaan walaupun setiap hari harus menahan perasaannya dengan sekuat tenaga, berusaha untuk tetap tenang, dan seolah-olah ia bahagia dengan pernikahannya. Sungguh membosankan baginya melewati setiap detik bersama laki-laki yang tidak pernah ia cintai.
Tiba-tiba keadaan berubah, datang seorang pria dalam kehidupannya. Pria yang dapat membuatnya gemetar hanya karena menatap matanya. Ia merasa selalu ingin berada di dekatnya, menikmati setiap canda tawanya dan kelucuan-kelucuan yang dibuatnya. Namun tak mungkin ia berani melangkah lebih jauh karena Pria itu, Laurent, adalah sahabat Cammile. Sekali lagi hanya dapat menahan semuanya. Bak gayung bersambut, Laurent ternyata memendam rasa juga padanya dan inilah awal mula pengkhianatan terjadi. Kisah cinta yang rumit dan tak terkendalikan memaksa mereka melakukan tindakan kriminal, yang membuat mereka harus membayar mahal atas perbuatannya itu. Rasa penyesalan, ketakuitan, kecemasan, dan halusinasi senantiasa menghantui dalam keseharian, tak terkecuali pada malam hari. Semakin lama semakin menyiksa batin dan akhirnya mereka menyerah, pasrah, lalu bersedia mengakhiri penderitaan batin ini dengan tragis.
Cinta memang tak pernah bisa disalahkan, mungkin hanya karena ia datang pada waktu dan orang yang tidak tepat. Buku ini membuat merinding karena dibalik senyuman bahagia ada sebuah kejahatan terselubung yang mengerikan. Rencana yang sadis dapat terlintas dengan bengis dibalik tingkah laku yang supel dan lembut, seakan menjadi dua pribadi yang jauh berbeda. Pengkhianatan menimbulkan rasa sesal yang tak dapat di ampuni dan selalu mengahantui mereka berdua. Jadi jangan coba-coba bermain api bila tak ingin terbakar dan kemudian melebur tak berbekas.
"Segala-galanya menimbulkan rasa takut dan penderitaan bagi mereka. Mereka hidup dalam neraka, saling menyakiti, saling memastikan supaya apapun yang mereka lakukan dan katakn terasa getirdan keji, masing-masing berharap untuk menggiring pihak lainnya menuju jurang yang bisa mereka rasakan di bawah kaki mereka, dan terjatuh ke dalamnya bersama-sama." (hal 304-305)
Buku ini di kemas dengan sangat apik, bahasanya sangat mudah dipahami, terselip kisah romantis yang lembut sehingga nyaman untuk dibaca. Sangat direkomendasikan untuk yang suka thriller dan ingin mencoba bacaan baru.