Judul Asli : The Murdered Banker
Judul Terjemahan : Terbunuhnya Seorang Bankir
Penulis : Augusto De Angelis
Penerbit : Fiksi Laksana
Tebal : 228 halaman
Peresensi : elok mayangsari
Baru pertama kali ini baca buku yang dikarang oleh penulis Itali, jujur sih awalnya agak kesulitan mencerna karena bahasa terjemahannya yang mungkin kurang luwes,juga nama Italia dari tokoh yang asing dan agak susah diingat jadi merasa aneh aja. Sempet terbengkalai beberapa hari juga sih karena moodnya kurang bagus tapi ujungnya tetep berusaha karena merasa sayang aja udah dibeli tapi ga dibaca.
Buku ini berisi tentang cerita kriminal, seperti Sherlock Holmeslah. Jadi seorang Inspektur bernama De Vincenzi berusaha melakukan penyelidikkan secara cermat tentang kasus terbunuhnya seorang bankir. Korban ditemukan di sebuah kamar apartemen dengan luka tembakan di kening dan kamar tersebut adalah milik sahabat karib Inspektur. De Vincenzi sangat tidak yakin bahwa sahabatnya, Aurigi, akan mampu melakukan pembunuhan namun bagaimanapun TKP sudah jelas dan akan menggiring opini bahwa memang Aurigi yang membunuhnya. Bukti-buktipun terkuak satu persatu dan memberatkan Aurigi, anehnya mengapa justru Aurigi terlihat pasrah seakan mengakui. Tapi tiba-tiba, datanglah Maria Giovanna, tunangan Aurigi, yang secara mengejutkan lagi berkata bahwa dialah yang membunuh bankir itu, apakah Maria sengaja melakukan untuk menutupi kekasihnya atau ada hal lain. Fakta yang jelas adalah Aurigi mempunyai hutang yang besar pada korban dan harus melunasinya pada hari itu namun korban malah terbunuh di kamnarnya. Sedangkan tabung sianida dan lipstik yang ditemukan adalah milik Maria, lalu apa kegunaan sianida tersebut mengingat korban ditembak dengan senjata api yang mematikan tanpa perlu campur tangan sianida.
Cerita yang boleh dikatakan menarik karena tokoh De vincenzi menyelesaikan kasus ini hanya 2 hari saja dan diselesaikan langsung di TKP. Ini terbukti bahwa De Vincenzi sangat lihai, cerdas, cermat sehingga mampu melakukan hal tersebut. Tapi tetep aja sih merasa kurang sreg, entah dibagian mananya, yang jelas merasa kurang menikmati dalam proses membacanya.