Judul Asli : The Dying Game; Wanita-Wanita Pilihan Sang Psikopat
Penulis : Beverly Barton
Penerbit : Dastan
Cetakan : I, 2009
Tebal : 552 halaman
Peresensi : Elok Mayangsari
Dari semua cerita kriminal, pembunuhan berantai adalah cerita yang paling menarik karena pelaku mempunyai pola tersendiri untuk menggaet korban dan cara membunuhnyapun bukan asal-asalan saja. Semua serba terorganisir, terencana dengan sangat rapi sehingga akan semakin sulit menangkapnya. Pelaku biasanya sangat ahli dan lihai dalam penyamaran, bukan tidak mungkin ia pernah sangat dekat dengan korban tanpa disadari. Seperti halnya dengan kasus pembunuhan berantai ini yang korbannya adalah ratu kecantikan. selama 4 tahun Grif , kepala agen Powell dan Nic dari FBI sangat kewalahan dalam menebak siapa yang membunuh korban dengan sangat kejam. Setiap korban dipilih dengan teliti baik secara fisik maupun kepribadian dan kehidupan sehari-harinya sehingga memudahkan pelaku untuk menggiring dalam perangkapnya. Ratu kecantikan dibunuh dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari bakat dan keahlian yang mereka punya, bila bakat menari maka kedua kaki akan dipotong, ahli biola maka kedua tangan dan lengan yang menjadi sasaran, seorang penyanyi maka leher yang digorok, sadis bukan?
Gale Ann Cane, Miss Universe yang sangat pandai menari, ditemukan oleh kakaknya dalam keadaan mengenaskan, kedua kaki jenjangnya yang dipakai untuk menari dipotong dengan sadis. Ia berhasil dibawa ke rumah sakit dengan penjagaan yang ketat dan dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia membisikkan kata dua puluh poin dan permainan sebagai kata terakhir. Ya, ini adalah permainan kematian, dimana setiap korban diberi nilai poin yang berdasarkan warna rambut. 20 poin untuk warna rambut merah, 15 poin untuk warna rambut pirang dan 10 poin untuk warna rambut coklat. Selain itu di setiap TKP pasti akan ada mawar dengan warna yang berbeda karena mawar kuning untuk korban berwarna rambut merah, mawar merah muda untuk korban warna rambut pirang dan mawar merah bagi korban dengan warna rambut cokelat.
Siapa yang menyangka permainan kematian yang hanya berawalan dari keisengan justru membuat pemainnya merasakan sensasi yang tak pernah ia duga. Baginya memainkan peranan hidup dan mati memberikan pengalaman luar biasa yang tak pernah dialami sebelumnya. Dan lebih membuatnya merasa kecanduan dibanding dengan semua jenis narkoba yang pernah ia konsumsi. Setiap kali ia mendengar jeritan ketakutan, kesedihan dari korbannya, setiap kali itu pula ia merasakan sensasi kegembiraan dan semakin bersemangat, bergairah untuk membunuh. Semakin lama permainan ini mendekati garis akhir dan tentu saja target poin yang dikumpulkan semakin tercapai, ia harus cepat-cepat mengakhirinya dan tak ingin lawannya memenangkan permainan ini.Ya ternyata permainan ini dilakukan oleh 2 orang saudara sepupu sementara Grif dan Nic kemungkinan tidak menyadari akan hal ini. Semakin mendekati batas akhir, salah seorang pemain mengubah peraturan, yakni siapa yang kalah maka ia akan mati ditangan sang pemenang, tentu saja hal ini membuat mereka semakin tertantang dan pembunuhan pun semakin sering dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar