Minggu, 17 Juli 2022

RESENSI MUSTAKA KE 13

 Judul : Mustaka Ke 13

Penulis : Savariya

Via : @cabaca

Peresensi : Elok mayangsari

Cerita ini bergenre mistis, berawal dari rasa cinta menggebu yang tak terbalaskan. Kekecewaan, kesedihan akibat luka yang ditoreh sangat dalam karena penolakan cinta yang telah disemai sekian lama berujung pada tindakan impulsif yang tidak dapat dicegah. Rasa cinta yang awalnya membuncah berakhir dengan tumpukkan kebencian yang tak dapat diredam dan menuai kisah tragis. Namun dibalik semua kejadian sedih ini tanpa disengaja mampu menguak tabir misteri yang sesungguhnya. 

Penolakan cinta dari Darman membuat Sukesih lupa diri hingga dengan berani menikam Darman bertubi-tubi namun untungnya Darman dapat terselamatkan dan Sukesih pun menghilang. Sukesih memulai hidup baru di desa Kantil. Awal yang indah tiba-tiba saja berganti dengan mencekam karena adanya penculikkan sejumlah anak. Anehnya penculikan terjadi hanya pada malam Jumat Legi dn bersamaan dengan nyanyian merdu menyayat hati. Para warga menyakini bahwa nyanyian itu merupakan pertanda akn adanya penculikan anak walopun belum sepenuhnya terbukti. Darman sendiri berusaha mencari Sukesih untuk membalaskan dendamnya namun tanpa ia sadari kedatangannya di Desa Kantil akan membuka aib dirinya sendiri. Sebenarnya bukan hanya penculikan saja yang meresahkan warga namun adanya teror dari makhluk gaib tanpa kepala yang selalu mengusik kedamaian desa Kantil membuat suasana menjadi semakin tidak terkendali. Sukesih pun menjadi imbasnya karena tanpa sengaja bersenandung lirik yang dipercaya warga sebagai pertanda akan datangnya penculikkan. Sukesihpun diadili dan di bakar hiidup-hidup tanpa ada pembelaan. Namun teror tetap berlangsung dan membuat warga semakin takut untuk keluar rumah. 

Cerita ini mengandung unsur pesugihan dan tumbal. Mereka yang tidak mau bersusah payah makan akan mencari jalan pintas tanpa menghiraukan akibat dari perjanjian keramat itu. Kekayaan yang di dapat dengan tidak halal pun pada akhirnya tak mampu menyelamatkan dirinya. Begitu juga dengan cinta. Cinta yang egois dan dendam yang menumpuk menimbulkan khilaf yang sama-sama akan berakhir pada jalan yang sesat lalu penyesalanpun akan datang terlambat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar