Penulis : V Lestari
Penerbit : Gramedia Pustaka
Tahun : 2005
Tebal : 1032
Peresensi : elok mayangsari
Masa lalu yang pahit seringkali tanpa di sadari terbawa dan membebani setiap langkah kaki. Ingin memberontak melepaskan luka lama, menyesali semua kebodohan dengan menebus semua perbuatan d masa kelam namun kadang tanpa kita sadari penebusan dapat melukai hati orang-orang di sekliling kita baik yang berhubungan ataupun yang tidak ada kaitan dengan masa lalu kita.
Seperti halnya dengan dokter Bima, terjerat masa lalu yang disimpannya seorang diri dan membiarkannya menebus kesalahan dengan caranya sendiri hingga tanpa sadar melukai hati istri, anak-anak dan juga Karina, bahkan yang lebih parah lagi dia menjadi korban pembunuhan akibat ulahnya ini. Namun siapa sangka berawal dari kematiannya justru perlahan menguak tabir misteri yang lebih dalam lagi, mengorek luka lama dan juga kesedihan. Seorang dokter yang ramah, cerdas menjadi korban pembunuhan misterius dan dugaan awal adalah bunuh diri dengan menggunakan morfin. Tapi untungnya ada dokter Alan rekan sejawatnya, pak Raymond selaku kepala Rumah Sakit dan Karina anak asuhnya dan juga perawat yang bekerja di Rumah Sakit tersebut yang menemukan adanya kejanggalan sehingga mereka berusaha menyelidiki dengan diam-diam. Penyelidikkan sempat terhambat karena tiba-tiba ada korban lagi yakni seorang satpam yang juga berada di lokasi kejadian pada saat dokter Bima tewas. Riza, begitulah namanya, diduga overdosis narkotika dan disebelahnya ditemukan kertas yang bertuliskan aku menyesal. Semakin membingungkan dan butuh kesabaran, kejelian untuk meluruskan benang yang terlanjur ruwet, bahkan dokter Alan pun nyaris menjadi korban keganasan sang pelaku. Proses ini pun membuat Karina menemukan misteri tentang orang tua kandungnya, perlahan tabir mulai tersingkap menuntunnya pada sebuah jawaban yang selama ini dia cari.
Novel ini sangat menarik, seru dan alurnya jelas. Namun agak kecewa sedikit karena di akhir penyelesaian justru pelaku tidak menceritakan yang sebenarnya pada Alan, Raymond, memang sih di narasi nya ada alasan yang sesungguhnya tapi ga rela aja kalau itu bukan merupakan bagian dari dialog diantara mereka ber 3, hanya sebuah flash back.