Judul : Miracle In The Andes
Penulis : Nando Parrado
Penerbit : c publishing (Bentang Pustaka)
Tahun Terbit : 2007
Cetakan ke : 1
Tebal Buku : 369 halaman
Peresensi : Elok mayangsri
Kisah ini bermula ketika tim rugby Uruguay berangkat ke Santiago, Cile untuk mengikuti pertandingan ekshibisi dengan menaiki pesawat Fairchild yang merupakan pesawat militer. Dalam pesawat tersebut berisi semua tim rugby, beberapa keluarga mereka dan awak pesawat itu sendiri, yang bila di jumlah .sekitar 45 penumpang. Nando sendiri berangkat didampingi ibu dan Susy, adik perempuannya. Selama awal penerbangan cuaca sangat cerah namun karena ada laporan cuaca memburuk maka pilot mendaratkan pesawtnya di Mendoza yang terletak di sebelah timur lereng pegunungan Andes. Mereka menginap semalam di Mendoza dan berharap keesokan harinya dapat meneruskan perjalanan kembali,namun cuaca masih saja buruk dan pilot tidak berani menerbangkan pesawatnya. Sementara itu tidak memungkinkan untuk tinggal lebih lama karena hukum di Argetina melarang pesawat terbang militer asing tinggal selama lebih dari 24 jam, hal ini menjadi dilema bagi semuanya. Namun pada akhirnya Fairchildpun tetap tinggal landas menuju ke Santiago, Cile.
Pada saat pesawat menuju ke arah selatan menyusuri sebelah timur lereng Andes, tiba-tiba ada peringatan dari pramugari akan adanya guncangan, saat itu mereka mengira hanya guncangan biasa saja, namun ternyata pesawat terbang melewati kabut yang sangat tebal dan kemudian tiba-tiba menukik ke samping lalu terjdi guncangan keras sebanyak empat kali ketika pesawat melewati turbulensi, disusul getaran dahsyat yang mengguncang pesawat dan suara gesekan besi yang menyayat. Nando hanya meraskan tubuhnya terlempar ke depan dengan sangat keras dan kemudian hanya ada gelap.
Ibunya meninggal, Pachito sahabat dekatnyapun tiada, hanya ada Susy yang kondisinya tidak begitu baik dan beberapa teman yang selamat namun terluka sangat parah.Bersyukur masih ada yang lukanya tidak parah sehingga dapat membantu merawat mereka yang terluka. Nando sendiri mengalami cidera di kepala yang membuat kepalanya terasa sangat sakit namun ia tetap harus bertahan karna ada Susy yang membutuhknnya. Roberto Cannesa dan Gustavo Zerbino mulai merawat luka teman-teman yang lain, mereka dengan tertatih berjuang untuk dapat memberikan bantun sebisa mungkin. Marcelo pun mulai mengatur rencana untuk memindahkan semua penumpang ke luar pesawat dan meminta mereka yang tidak terluka parah untuk membersihkan lantai pesawat agar dapat di jadikan tempat tinggal sementara sambil menunggu bantuan datang. Semua bekerja sama dengan tertatih dan lambat karena angin yang beku membuat napas tersengal-sengal. Mengumpulkan semua selimut, makanan atau apapun yang dapat digunakan untuk bertahan hidup.
Hari demi hari yang dilalui terasa lambat dan berat, semakin lama stok makananpun semakin menipis, dan bantuan pun tak kunjung datang. setiap hari hanya bisa menanam harapan bahwa hari ini akan datang regu penyelamat namun pada akhirnya mereka hanya bisa kecewa lalu berharap lagi untuk esok hari. Semua orang lelah, kecewa, sedih, cemas, hingga kadang terjadi bentrokan kecil karena sama-sama berada pada keputusasaan namun mereka pada akhirnya tetap bersatu, saling menggenggam tangan, menguatkan satu sama lain.
Buku ini menceritakan sebuah kisah nyata yang sangat bagus. Perjuangan dalam keputusasaan, kekecewaan, kesedihan terlebih ditambah dengan penderitaan fisik, semua berbaur menjadi satu. Mereka sendiri adalah pribadi yang sama-sama sedang berperang dengan diri sendiri sementara itu ada ketakutan yang membayangi benak mereka tatkala melihat teman-teman yang setiap saat merintih menahan kesakitan yang luar biasa. Bisa kah kalian membayangkan rasanya harus memakan daging dari tubuh teman kita hanya agar bisa bertahan hidup ?, tentu hal ini sangat mengguncangkan akal sehat namun tak ada lagi yang bisa dilakukan selain bertahan hidup dan bertahan untuk tetap waras. Mereka tak ingin kehilangan akal sehat, tetap berjuang walaupun terjebak dalam lereng Andes yang terpencil dan tertutup kabut tebal, mereka bertahan untuk pulang, kembali dengan selamat dalam dekapan keluarga. Yah keluarga adalah motivasi utama mereka untuk tetap bernapas, untuk tetap hidup karena hanya keluargalah tempat paling nyaman dan hangat.
Buku ini mengajarkan bahwa kita sebagai manusia yang tak sempurna seringkali mengalami kekecewaan, kesedihan, putus asa, ketakutan, kita boleh sejenak berdiam diri namun harus segera bangkit karena hanya dengan berdiri kembali kita baru dapat meraih tujuan dan impian kita. Semoga buku ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua.